Nah, setelah 8 bulan lebih mengawal berita di Buitenzorg, saya disuruh buka lapak di Jakarta Utara. Sumpah, tempat yang beda banget dengan Bogor. Di sini udaranya panas, kotor, dan jerawat pun mulai menghiasi wajah cantik saya :p

27 Oktober 2010 00:12

Pelabuhan Tanjung Priok, Perairan Paling Tercemar di Asia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Salah satu perairan paling tercemar di Asia ternyata dipegang oleh Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara (Jakut). Ini lantaran banyaknya sampah yang mengapung di sana.

Hal tersebut diungkapkan oleh Cipto Pramono, General Manager Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II saat acara ‘coffee morning’ terkait sampah-sampah di perairan Jakarta, di kantor Pelindo II, Tanjung Priok, Jakut, Selasa (26/10).

Cipto mengatakan sampah-sampah yang ada di laut ini bukan sampah biasa, namun kasur dan kursi bekas pun ada di perairan. “Barang-barang itu pun dapat ditemui mengapung di laut,” kata Cipto.

Sampah-sampah, sambung Cipto, juga masih ada di ‘break water’ pelabuhan. “Dan semuanya berasal dari perairan teluk Jakarta,” ujar dia.

Kondisi seperti ini tentunya tidak sehat bagi ikan-ikan yang ada di laut. Untuk menangani sampah-sampah ini, Pelindo II telah menyiapkan empat kapal sampah dan delapan unit perahu. Dan jumlah sampah yang berhasil dijaring Pelindo II sebanyak 100 meter kubik.

Menanggapi persoalan sampah di laut, Walikota Jakut, Bambang Sugiyono, mengatakan, seharusnya ada penjaga pantai khusus untuk mengawasi sampah-sampah di laut. “Harusnya ada penjaga pantai untuk mengawasi sampah-sampah di laut. Karena ternyata, supermarket terpanjang di dunia yang berada di atas kali ada di Jakarta,” kata Bambang Sugiyono.

Bambang menambahkan seharusnya ada pemeliharaan dan pengawasan dari Kantor Lingkungan Hidup agar tidak ada pencemaran di perairan Jakarta Utara. “Hal ini karena pencemaran tertinggi ada di Jakut,” ujar dia.

Terkait dengan keberadaan sampah-sampah, Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakut, Hotman Silaen, mengaku kaget dengan volume sampah yang ada di sekitar pelabuhan. “Saya kaget, ternyata volume sampah di pelabuhan sebanyak itu,” kata Hotman yang ikut hadir dalam acara ‘coffee morning’.

Hotman mengatakan sebenarnya, sampah-sampah yang ada sudah diantisipasi dengan saringan sampah. “Namun, masih ada celah yang membuat sampah tersebut lolos ke laut,” kata dia.

Rencananya, BPLHD akan mengundang sekitar 130 perusahaan di Jakut untuk sosialisasi dan meminta komitmen mereka dalam pengelolaan sampah dan mengatasi pencemaran perairan.

Red: Endro Yuwanto

Rep: Wiana Paragoan