Pulang Kantor Langsung Ke Bandung
Kali ini, saya mau cerita soal melarikan diri ke Bandung. Tulisan ini sebenarnya termasuk tulisan yang tertunda. Syukurnya, saya gak dikejar deadline untuk ngeblog, gak kayak waktu masih ngejar berita dulu.
Bandung? Kenapa tujuannya cuma ke Bandung? Sebenarnya sih kapan saja bisa ke Bandung, gak harus pulang kerja juga. Cuma ya kali ini, Bandung jadi pilihan bagi saya untuk melarikan diri dari rutinitas harian yang seabrek-abrek. Tujuan saya ke Bandung bukannya mau belanja ini itu. Ataupun sekadar wisata kuliner., tapi berwisata alam, menghirup udara segar pegunungan dan menikmati hawa sejuk kota kembang ini. Yang istimewa dari misi pelarian kali ini, saya melarikan diri dengan si ndut, suamiku tercinta eaa..
Walau saya pakai kalimat “melarikan diri” bukan berarti gak pakai rencana. Rencananya justru udah dibuat sekitar sebulan sebelum hari H. Sempat beragumen juga sama si ndut soal tanggal melarikan diri. Berhubung belum punya hak cuti karena masih dalam masa percobaan sebagai staf tetap, saya inginnya ke Bandung pada Jumat Sore, sedangkan suami inginnya berangkat sehari sebelumnya karena kebetulan pas banget libur tanggal merah. Tapi akhirnya diputuskan hari keberangkatannya adalah Jumat Sore. Yihaa, pas banget deh kayak pengalaman tahun sebelumnya melarikan diri setelah pulang kantor.
Pas hari H nya pun jadwal keberangkatan sempat tertunda karena masih ada kerjaan yang harus diselesaikan. Alhasil, baru bisa cabut ke Bandung sekitar jam 4 sore. Beruntung kami berdua langsung dapat jatah tempat duduk di mobil travel. Tuhan memang Maha Baik.
Setelah capek duduk selama 2,5 jam di mobil travel, akhirnya kami sampai juga di pool terakhir mobil travel di kawasan Cihampelas. Kami berdua pun langsung menuju ke guest house yang sudah kami pesan seminggu sebelumnya. Guest housenya berada di Bukit Dago Utara, lumayan jauh dari pool mobil travel. Untuk mencapai lokasi juga harus jalan kaki dari jalan raya. Mana gelap lagi, minim lampu penerangan. Jalanannya pun naik turun, hufft mendingan tadi naik ojek deh.
Setelah berjalan sekitar 10 menit dan sempat tersasar juga, akhir kami sampai juga di Bantal Guling Guest House. Tempatnya lumayan ternyata. Kamar yang kami tempati berada di bawah dan langsung berhadapan dengan pemandangan alam. Suara jangkringnya juga masih nyaring terdengar. Tadinya sih sempat protes juga kenapa pilih guest housenya jauh. Ternyata kalau di Bukit Dago, hawanya masih dingin, jadi mengingatkan saya ke Bukit Tinggi dan Bogor. Suasana di pagi harinya lebih keren, pegunungan dan pohon-pohon hijau langsung terlihat begitu membuka jendela kamar. Pemandangan yang jarang banget bisa ditemui di Jakarta.
Sabtu 8 Juni 2013,
Kawah Putih
Saatnya memulai perjalanan. Pokoknya hari ini harus berwisata alam seharian penuh. Wisata belanja tidak dimasukkan ke dalam daftar. Sekitar pukul 8.30 WIB, Pak Udin sopir mobil sewaan sudah tiba dan siap mengantar kami. Tau gak sih, bocoran aja, ternyata harga sewa mobil yang saya pakai ini tergolong murah padahal mobilnya masih baru. Keberuntungan berikutnya yang kami alami.
Destinasi pertama yang kami kunjungi itu adalah Kawah Putih Ciwidey. Sepertinya Pak Udin ini hapal jalan tikus menuju lokasi, jadi kami lumayan cepat sampai ke Ciwidey. Tapi coba ya tolong Pemdanya Bandung, jalanan di Kopo itu jelek banget, banyak lubangnya, tolong dibenarin ya.
Setibanya di Ciwidey, kami memutuskan untuk naik mobil angkutan dari gerbang Kawah Putih ke Kawah Putih (kalau gak salah sih penduduk setempat menyebutnya ontang anting), karena tiket parkir dan masuk Kawah Putih pakai mobil selain mobil angkutan lumayan mahal. Dengan naik ontang anting, rupiah yang kami keluarkan hanya sekitar 55 ribu dengan rincian, tiket masuk Kawah Putih bagi wisatawan domestik dikenai Rp 15.000,- per orang, Tarif ontang anting untuk pulang pergi Rp 10.000,- per orang dan tariff parkir kendaraan roda empat di bawah dekat Gerbang Kawah Putih hanya dipungut Rp 6.000,-. Medan yang ditempuh jauh banget, curam dan pas banget hujan deras. Dan seperti biasa ya, entah memang sudah tabiat orang kita atau enggak, ngantri aja gak bisa rapi, masih aja serobot antrian. Heran!
Syukur banget pas tiba di atas, hujan berhenti. Jadi kami bisa melanjutkan perjalanan dengan nyaman. Sewaktu di lokasi, kami juga gak bisa berlama-lama, karena belerang dari Kawah Putihnya semakin menebal dan bikin batuk-batuk. Jadi setelah puas foto-foto dan memandangi keindahan Kawah Putih kami pun kembali naik ke atas, gak sampai 15 menit. Karena di atas juga ada pengumuman, kalau tidak kuat dengan bau belerangnya, pengunjung diharapkan segera naik ke atas dan meninggalkan Kawah Putih. Oiya intermezzo aja nih, saya juga baru tahu lho, ada juga yang memanfaatkan keindahan Kawah Putih sebagai tempat prewedding. Ya kalo saya sama ndut jadiin Kawah Putih sebagai pasca wedding deh.
Sesampainya di atas, kami bertemu dengan laki-laki pemain kecapi. Saya sempatkan foto-foto dan berbincang dengannya, tapi maaf ya lupa namanya karena tulisan ini dibuat sekitar 2 bulan kemudian. Yang masih saya ingat si Bapak pemain kecapi ini sudah lama sekali bermain kecapi di kawasan Kawah Putih, sekitar 19 tahunan. Hebat. Si Bapak sempat mengira saya wisatawan dari negeri Jiran.
Situ Pattenggang
Puas menikmati keindahan alam di Kawah Putih, kami pun menuju Situ Pattengan, gak jauh dari Kawah Putih. Perjalanan menuju Situ Pattenggang keren banget, hamparan hijau kebun teh hiburan mata. Belum lagi udara sejuk pegunungan, karena Situ Pattenggang memang berada di kaki gunung Patuha. Untuk masuk ke lokasi kami gak mengeluarkan uang sama sekali lho, kok bisa? Ternyata Pak Udin punya kenalan di sini, jadi gratis. Keuntungan berikutnya di tanah pasundan. Cuma sayangnya saat sedang menikmati hawa dingin dan alam di Situ Pattenggang, hujan kembali turun. Terpaksa neduh di pondok kecil sambil makan jagung bakar dan kopi panas. Makanan berikutnya yang masuk ke perut saya. Lupakan soal diet!
Cerita sedikit soal Situ Pattenggang nih, kalau menurut legenda yang ditulis di sebuah kayu di lokasi, Situ Pattengang ini mempunyai arti saling mencari. Jadi konon, ada sepasang kekasih yang bernama Ki Santang yang merupakan putra Prabu Siliwangi dan Dewi Rengganis. Keduanya terpisahkan oleh suatu keadaan namun akhirnya kembali bertemu di sebuah batu, nah batu ini akhirnya dinamakan batu cinta yang terletak di tengah-tengah danau. Terus banyak yang mengatakan juga banyak pengunjung yang ingin ke batu cinta itu demi tujuan mendapatkan keabadian cinta. Percaya atau enggak juga sih soal ini. Terus katanya, air di Situ Pattenggang ini merupakan air mata dari sepasang kekasih tersebut. Sayangnya saya dan suami gak sempat ke batu cinta itu karena cuaca gak mendukung.
Setelah hujan reda, kami kembali foto-foto dan sempat alay juga sih foto-foto bersama anak-anak Sekolah Dasar yang sedang menggelar pengumuman kelulusan di sini hehehe. Tau gak sih, mereka rela datang dari Bekasi ke Bandung demi pengumuman kelulusan. Sempat membatin juga, gimana kalau ada yang gak lulus, udah datang jauh-jauh dari Bekasi ternyata gak lulus. Kebayang deh kesal dan sedihnya. Kami sempat ngobrol dengan salah seorang guru, kalau menurut beliau sih semuanya lulus, Cuma ada 3 anak yang dikerjain, pura-puranya gak lulus padahal lulus, waaah iseng juga nih.
Menikmati hawa sejuk pegunungan di Situ Pattenggang cukup sekian, mari kita lanjutkan perjalanan. Tadinya sempat bingung juga mau lanjut perjalanan kemana, pengalengan atau..?? Akhirnya diputuskan kami menuju Lembang karena takut terlalu malam sampai di pusat kota.
Lembang
Sepertinya cuaca memang kurang bersahabat. Seharian perjalanan kami ditemani oleh hujan, Bandung jadi makin dingin. Di Lembang sih kami hanya wisata kuliner. Tadinya mau ke rumah stroberi, tapi ternyata lupa hahaha. Akhirnya kami cuma mampir di rumah sosis dan surabi imut. Oke, makan lagi, siapa sanggup? Saya gak sanggup 🙂
Kami hanya singgah sebentar di Lembang setelah itu kembali ke pusat kota untuk mencari makan malam sebelum mengakhiri wisata alam dan menuju tempat penginapan.
Wisata alam di Bandung sangat menyenangkan, pengen ngulang lagi deh. Sayang besoknya kami harus segera kembali ke Jakarta dan menghadapi rutinitas kerja kembali. Wisata berikut yang pengen banget dikunjungi di Bandung adalah Kampung Gajah dan melenceng dikit ke Ujung Genteng Sukabumi. Oke, masukkan ke daftar!