Cerita ini merupakan lanjutan Bangkok part 1.
Hari pertama. Oke, ini adalah hari yang padat untuk memulai jalan-jalan di Bangkok, tapi sebelum memulainya mari kita menikmati sarapan gratis di lobi hotel. Gw dan mbak Lenny, teman satu kamar pun segera menuju lobi.
Menu sarapan yang disajikan pun beragam. Dari roti bakar, nasi goreng, bubur dengan campuran daging babi, salad dan lainnya. Mengingat jadwal hari ini sangat padat, gw pun memilih nasi goreng dan roti gandum bakar yang diolesi selai jeruk. Untuk makanan penutupnya jus semangka, pepaya dan tomat cherry. Hmmm.. Lezat dan sehat. Saking takutnya kelaparan dalam perjalanan, gw sampai membungkus roti bakar lhoo hehehe.
Selesai makan, kami pun keluar lobi karena mendengar informasi bus wisata akan segera tiba. Tapi.. Semua itu bohong saudara-saudara. Bus wisatanya masih jauh jaraknya dari hotel, ya.. Sambil menunggu, kami pun kembali berfoto ria ๐
Sekitar pukul 8, bus pun tiba. Busnya keren lhoo.. Bertingkat 2 dan masih terawat. Pokoknya nyaman deh. Masing-masing peserta diberikan air mineral botolan dan handuk basah kemasan. Awalnya gw kira tissue basah ternyata handuk basah he he.. Handuk basah ini berguna untuk menyegarkan muka yang nantinya pasti akan tersengat sinar matahari. Oya, cuaca Bangkok gak jauh beda dengan Jakarta, panaaass.
Wisata kali ini ada pemandu wisatanya. Pemandu wisata resmi bukan sopir yang merangkap jadi pemandu wisata. Pemandu wisata kami namanya Sam. Sebut saja namanya begitu, karena nama Thailandnya panjang banget dan susah diucapkan. Sepanjang perjalanan, Sam menceritakan sejarah Bangkok. Dari ceritanya, Bangkok ternyata mempunyai nama yang sangaaatt panjaaangg, namun akhirnya dipilihlah Bangkok. Sam juga menceritakan gedung-gedung yang kami lewati.
Destinasi pertama kami adalah Grand Palace atau istana raja Thailand. Istana raja ini dibuka setiap hari dari pukul 08.30 – 15.30. Untuk bisa masuk ke dalam area Grand Palace, kalian harus mengeluarkan 500 thb. Oiya, jangan lupa ada aturan berpakaian di sini. Para pengunjung harus berpakaian yang sopan. Para pria diwajibkan memakai celana panjang dan kemeja. Tidak boleh berpakaian minim dan menerawang. Dan kalau bisa sih bawa payung atau topi lebar karena panasnya luar biasa (di luar gerbang banyak penjual topi kok).
Istana raja ini mewah banget dan menyilaukan mata (hampir semuanya terbuat dari emas). Sedikit informasi saja, istana raja ini dibangun sejak tahun 1782 di area seluas 218.400 meter persegi. Raja Thailand yang sekarang sih kata Sam gak tinggal di Grand Palace (ya lah, kalau rajanya tinggal di sini, gak mungkin juga pengunjung dibolehin masuk). Saat gw berkunjung ke Grand Palace, kebetulan ramai pengunjung. Seperti bisa kalau udah ramai dan sesak bawaannya bad mood mau keliling juga malas. So gw cuma foto-foto bentaran aja (fotonya juga gak maksimal karena penuhnya pengunjung) terus selonjoran di pinggiran taman.
Gw dan rombongan sih gak lama di Grand Palace. Tujuan kami berikutnya adalah Wat Arun. Kami pun segera menuju dermaga, ada banyak dermaga di sini dan sempat salah masuk dermaga juga tuh. Gw gak begitu ngerti sih harus naik kapal di dermaga yang mana, kalo gak salah sih untuk menuju Wat Arun harus naik kapal di dermaga Tha Tien. Karena Sam cuma bilang wrong pier, follow me. “OK Sam!”. Selintas sih gw lihat, harga untuk naik kapal sekitar 3 thb. Hati-hati ya berjalan di sini, karena licin dan sempit.
Gw dan rombongan terus berjalan mengikuti Sam, lumayan jauh juga untuk menuju dermaga yang benar. Dalam perjalanan menuju dermaga, kami masih sempat lihat-lihat barang yang dijual di pinggir jalan.. Ya cuci mata dikitlah. Sekitar 10 menit, kami pun tiba di dermaga dan segera naik ke kapal kecil menuju Wat Arun. Selama menyeberangi Sungai Chao Phraya, mata gw di bikin merem melek karena hembusan lembut sang angin :).
Di Wat Arun ini kalian bisa foto dengan berpakaian traditional Thailand. Gw juga gak sempat naik ke atas candi, alasannya katro banget gara-gara gw melihat ada pengunjung yang turunnya kudu duduk.. Sumpah nyali gw ciut padahal gw gak takut ketinggian tapi gw gak suka tangga yang curam. Well.. Untungnya para perempuan juga tidak tertarik untuk naik ke atas candi. Kami lebih mengikuti naluri belanja kami hehehe. Masih di area Wat Arun, ada pasar kecil yang menjual oleh- oleh khas Thailand. Harganya cukup murah. Tas bermotifkan khas Thailand cuma dibanderol 100 thb. Pajangan meja berkisar 100 – 200 thb. Gw sempat kaget juga pas belanja di sini lantaran si mbak penjualnya bisa bicara bahasa Indonesia! Mungkin karena banyak turis asal Indonesia ke sini. Yang lebih mengherankan mereka menerima rupiah lho, tapi harga jualnya jadi sedikit mahal.
Setelah para pria turun dari candi, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pasar Cathucak. Nah, di sini juga surganya para shopper nih karena Pasar Cathucak merupakan pasar termurah dan terbesar di Thailand. Pasar Cathucak ini banyak lorong atau seksinya. Untuk informasi bisa didapatkan di kantor informasi pasar. Untuk mengelilingi pasar ini gak bakal cukup waktu satu hari. Yang jelas sih siap-siap kaki pegal saja sehabis mengitari komplek pasar. Sekedar tips kalau memang niat belanja, jangan lupa bawa travel bag beroda, jadi gak perlu repot menenteng banyak kantong plastik.
Barang-barang di sini murah meriah mencret deh pokoknya. Tau gak sih, gw beli dasi cuma dibanderol 10thb, warnanya bagus dan jahitannya juga rapi. Beli dua buat ndut ah. Terus sarung bantal, temp at tisu rata-rata dibanderol 80-100 thb. Suvenir juga murah, dompet koin ukuran kecil dengan gambar gajah, isi 4 hanya seharga 100 thb. Yang bikin gw menyesal adalah gw gak beli jam dinding antik bermotif bunga yang hanya dijual seharga 500 thb (kalau ada teman yang mau ke Bangkok, bakal nitip deh gw).
Semuanya serba ada deh. Dua lembar kain khas Thailand dengan panjang 2 meter cuma dijual 150 thb. Yang kurang itu adalah mushollanya, letaknya di pojokan, kecil (sekitar 2,7×2,7 meter) dan langsung menyatu dengan tempat wudhu.
Karena waktu sudah semakin sore, gw dan rombongan pun kembali ke hotel. Sambil menunggu bus wisata datang, gw menyempatkan diri untuk membeli cemilan. Pilihannya jatuh ke.. Tahu gejrot ala Thailand ๐ .. Kalau soal rasa sih masih lebih enak tahu gejrot di Jakarta.
Berikutnya : Wisata Malam di daerah area Pratunam
Posted from WordPress for Android